Posted by ZUARDI ZAIN Rabu, 25 November 2009 0 komentar
UMRAH SEMBARI WISATA (4)
Oleh : Zuardi Zain
Mesjid Nabawi
Setelah Muhammad Rasulullah SAW. bersama para sahabat beliau dan kaum muslimin baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar selesai membangun Mesjid Quba, kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Madinah. Sesampai di Kota Madinah yang pertama beliau bangun juga mesjid yaitu masjid yang dikenal dengan Mesjid Nabawi. Shalat di mesjid nabi atau Nabawi lebih utama daripada shalat di mesjid lainnya seribu kali selain di Masjidil Haram.
Luas Mesjid Nabawi sekarang ini sama dengan luas kota Madinah pada zaman nabi Muhammad SAW. sebagai pemantau untuk semua ruangan dan halaman, dipasang kamera monitor sebanyak 543 buah. Daya tampung normal untuk shalat lebih dari setengah juta jama'ah. Pada zaman nabi Muhammad SAW. Mesjid ini hanya berukuran 50 x 50 M dan tinggi atapnya 3,5 M. sedangkan sekarang ini luasnya lantai bawah 82.000 M². dan lantai atas 67.000 M² , sedangkan halaman yang dipakai untuk shalat seluas 135.000 M².Untuk wudhuk dan mandi disediakan ruang di bawah tanah dengan 6.0000 buah kran dan 2.000 kamar mandi/WC. Fasilitas turun naik ke ruang bawah tanah tersedia yang biasa dan escalator.
Perpustakaan mesjid mengoleksi 60.000 judul kitab/buku, penempatannya dibagi kepada lima ruangan ruang pertama untuk kitab-kitab Hadits, ilmu Hadits, ruang kedua untuk kitab-kitab tafsir dan ilmu-ilmu Al-Qur'an, ruang ketiga untuk kitab-kitab Ushul Fiqh dan kitab-kitab Fiqh empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'I, Hambali) dan lainnya, ruang keempat untuk kitab-kitab sejarah dan sejenisnya, sementara ruang kelima khusus untuk menyimpan manuskrip-manuskrip serta dokumen-dokumen dari berbagai macam kitab suci dan buku-buku kuno, sementara untuk pengunjung yang ingin membaca tersedia enam ruang baca. Perpustakaan ini memberikan pelayanan atau buka mulai pukul, 07.30 hingga pukul 21.00.waktu setempat.

Mesjid Zul Hulaifah
Mesjid ini disebut juga dengan nama Mesjid Mahram, terletak di daerah Zul Hulaifah (jama'ah haji mengenalnya dengan nama Bir Ali) di sini miqat untuk penduduk Madinah yang akan melaksanakan ibadah Umrah dan haji, bagi orang orang yang berkunjung ke Madinah kemudian hendak menunaikan ibadah haji atau Umrah maka, miqatnya juga di mesjid ini. Mesjid ini cukup luas juga mampu menampung jama'ah shalat sebanyak 5.000 orang. Lokasi mesjid ini dari Mesjid Nabawi berjarak kira 12 KM.
Di mesjid Zul Hulaifah kita boleh mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji dan Umrah, mandi membersihkan badan, dll. memakai pakaian ihram, kemudian memulai ihram dan sejak kita telah menyatakan niat ihram di miqat ini maka berlakulah semua larangan yang harus dipatuhi selama melaksanakan ihram, kemudian kita berangkat menuju Makkah dengan bertalbiyah, LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK,LABBAIKA LA SYARIKALAKA LABBAIK,INNAL HAMDA WANNI'MATA LAKA WALMULK LA SYARIKALAK.
Perjalanan dari Madinah menuju Makkah lebih kurang enam jam perjalanan dengan jarak tempuh dari Bir Ali ± 420 KM. Kami sampai di Makkah pada malam hari sekitar pukul 20.30 waktu Saudi, setelah kami mendapatkan kamar di Hilton Hotel pada lantai 29,jarak hotel ini dengan Masjid Haram hanya 50 meter, dan istirahat sebentar kemudian kami turun dari hotel untuk melaksanakan thawaf 7 kali yang dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad (atau sejajar nya) yang berada pada sudut Ka'bah sebelah selatan ,kemudian kami shalat sunat dua raka'at di Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah) di sini tempat yang sangat maqbul do'a, oleh karena itu setelah shalat sunat dua raka'at maka, kami berdo'a sambil juga melepaskan lelah.
Pertengahan tahun sembilan belas sembilan puluhan dalam kesempatan kami memberikan manasik haji kepada calon jama'ah haji, perihal tempat memulai thawaf ada diantara jama'ah yang telah mengikuti manasik di tempat lain mengatakan bahwa tengkunya bilang untuk memulai thawaf harus digaris coklat (sebelum tahun 2003 ada garis coklat di lantai setentang Hajar Aswad) kalau tidak demikian thawafnya tidak shah. Kami jelaskan bahwa garis coklat itu dibuat jauh sesudah nabi wafat, dan satu ketika barangkali garis coklat itu akan dihilangkan maka dari mana lagi kita akan memulai thawaf? ternyata dugaan kami ini benar pada tahun 2003 garis coklat tersebut ditiadakan.
Lain lagi halnya dengan pekerjaan melontar jamarah di Mina, banyak calon jama'ah haji yang mendapat penekanan dari gurunya mengatakan kepada kami bahwa melontar jamarah (Ula, Wushta dan Aqabah) pilarnya harus kena, untuk hal ini kami jelaskan bahwa pilar tersebut pada masa Rasulullah SAW. belum ada jadi apa dan bagaimana kaum muslimin pada waktu itu melempar jamarah ? Saudara kita ini kemudian jadi bingung dan kemudian ia bertanya, jadi yang benar bagaimana? kami katakan bahwa yang penting batu lontaran masuk ke dalam cawan jamarahnya kena atau tidak kena pilarnya tidak masalah. Sekarang tempat melontar jamarah sudah dibangun baru lima lantai dua jalur kiri kanannya jama'ah melempar sambil jalan dan tidak lagi berdesak-desakan seperti masa lalu hamper tiap tahun terjadi kecelakaan yang meninggal atau cidera akibat berdesakan untuk melontar pada waktu afdhal, kemungkinan musim haji tahun ini sudah dapat dipakai tiga atau empat lantai
Kemudian kami menuju mas'a/tempat sa'i, dan sebelumnya kami terlebih dahulu meminum air zam zam disamping untuk keberkatan juga untuk melepaskan haus serta menambah atau memulihkan tenaga. Sa'i dimulai dari bukit Shafa ke bukit Marwa (ini dihitung satu kali) demikian pula dari Marwa ke Shafa juga dihitung satu kali, oleh karena demikian maka, sa'i tujuh kali akan berakhir di bukit Marwa. Setelah itu kami mencari tempat tukang potong rambut untuk bercukur, kami setiap pergi haji maupun Umrah selalu bercukur alias botak, walaupun dibolehkan memotong sebagian rambut kepala, namun setahu kami Rasulullah Muhammad SAW. bercukur dan beliau juga berucap bahwa mendoakan orang-orang yang bercukur dengan tiga kali ucapan dan pada ucapan yang keempat baru diucapkan beliau juga, untuk yang memendekkan rambut, maka kamipun bercukur alias botak.
Bercukur atau memotong sebagian rambut kepala merupakan akhir dari pelaksanaan ibadah Umrah, hal ini sering disebut dengan istilah tahalul dikalangan orang awam. Biasanya begitu kita keluar dari pintu Marwa sekitar 50 meter sudah kita temukan namun sekarang jadi luar biasa karena jangankan tempat tukang potong rambut yang tidak ada lagi malah “pasar seng” yang sangat terkenal dikalangan jama'ah haji Indonesia sama sekali sudah tidak ada lagi, semuanya sudah dibongkar untuk perluasan pelataran Masjidil Haram. Akhirnya setelah berjalan memutar pagar-pagar bangunan sekitar setengah kilometer kami temukan tempat tukang potong rambut arah belakang rumah tempat kelahiran nabi Muhammad SAW.

Hajar Aswad
Pada sudut sebelah selatan Ka'bah ditanam Hajar Aswad batu hitam, menurut riwayat bahwa batu hitam atau Hajar Aswad ini dahulunya satu keping tetapi kemudian pecah menjadi delapan keping kecil-kecil. Posisi Hajar Aswad dari lantai tingginya satu meter lebih dan sekelilingnya dilingkari dengan perak, jama'ah yang thawaf sunat memberi salam atau menciumnya (boleh dengan isyarat) setiap sampai di Hajar Aswad ini. Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga yang diberikan kepada nabi Ibrahim As.
Mencium langsung Hajar Aswad walaupun bukan suatu kewajiban yang diharuskan namun, jama'ah haji berjuang keras untuk dapat menciumnya dan bila berhasil merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Yang kita sayangkan dalam berdesakan untuk dapat mencium Hajar Aswad terjadi saling dorong malah menyikut sesama jama'ah, perilaku demikian kiranya sudah dianggap zalim tapi, begitulah berlangsung sepanjang siang dan malam, barangkali ini suatu gambaran keadaan umat islam sekarang ini lebih mengutamakan mengejar melakukan yang sunat walaupun harus berbuat zalim antar sesama. Kami teringat peristiwa pada tahun 1990 seorang jama'ah Turki patah lehernya dan kemudian meninggal dunia akibat memenuhi keinginan untuk mencium Hajar Aswad. Yang lebih dahsyat lagi pada tahun itu juga terjadi peristiwa kecelakaan di Terowongan Mina sehingga lebih 1400 orang jama'ah syahid di dalam dan diluarnya (setelah dirawat) pada waktu itu terowongan Mu'ashim baru satu buah.
Perihal mencium Hajar Aswad ini Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa sebelum menciumnya Umar berucap “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Muhammad Rasulullah SAW menciummu maka sekali-kali aku tidak akan menciummu”. Umar menyatakan demikian supaya umat Islam tidak mengagungkan atau memuja-muja Hajar Aswad sebagaimana sebelum Islam yaitu masa jahiliyah orang-orang memuja-muja atau menyembah berhala yang diletakkan di Ka'bah.

Sumur Zam Zam
Air sumur Zam Zam merupakan oleh-oleh yang sangat berharga yang dibawa pulang oleh setiap jama'ah ke negerinya masing-masing, pada waktu pertama kali kami datang yaitu tahun 1990 sebagai petugas TPHI, kita masih dapat menyaksikan sumur zam-zam dari balik kaca yang berada di ruang bawah tanah kira-kira 11 meter dari Ka'bah. Ruang bawah tanah ini dibagi dua satu bagian untuk laki-laki dan satu bagian untuk perempuan, di kedua bagian ini tersedia ratusan kran untuk minum air zam zam yang tinggal pencet airnya akan muncrat tapi, sekarang jalan ke ruang bawah sudah ditutup untuk perluasan tempat thawaf.
Pada tahun 1990 juga ada suatu kasus yang mengherankan tentang minum air zam zam. Tersebutlah seorang dokter terkena diare atau mencret, dia sesuai dengan kemampuannya dkk. telah berusaha mengatasi dengan obat-obat yang biasanya dipakai untuk pengobatan mencret atau diare, namun sudah memasuki hari ketiga tetap saja mengocor BABnya (Buang Air Besar nya) sehingga si dokter menjadi stres. Akhirnya ditanyakan apa yang dia perbuat atau makan minum sebelum terserang diare atau mencret tersebut? semula dia menjawab tidak ada yang luar biasa semua biasa-biasa saja tapi, setelah berulang kali ditanyakan sehingga dia hampir jengkel maka, dia mengatakan bahwa dia minum air zam-zam dimasak terlebih dahulu sampai mendidih pada tingkat panas derajat tertentu ,ini dia lakukan karena sangat yakin dengan ilmu yang dimilikinya yaitu; “kalau minum air harus dimasak terlebih dahulu”.
Ou, saya kira inilah penyebabnya kata salah seorang TPHI, kenapa air zam zam harus dimasak atau direbus dulu seperti air biasa?!?! bukankah air zam zam sudah steril, tidak ada kuman malah obat bagi segala macam penyakit. Oleh karena itu sekarang tidak usah makan obat lain lagi, silahkan minum air zam zam dengan terlebih dahulu beristigfar dan baca doanya. Alhamdulillah selang beberapa saat pak dokter menyatakan bahwa mulas-mulas perutnya sudah hilang dan kemudian sekaligus mencret atau diarenyapun stop. Ada komentar lain dari teman-teman makanya di tanah haram jangan macam-macam, ada saja pelajaran diberikan oleh Allah kalau kita macam-macam.
Lain lagi ceritanya seorang rombongan kami batal menunaikan Umrah. Kisahnya demikian, sdr kita ini menyatakan kepada kami pada awal perkenalan bahwa dia tidak ikut mengurus apa-apa untuk keberangkatan pergi Umrah semuanya urusan istri maklumlah saya sangat sibuk tuturnya, jadi saya tahu beres saja yang penting istri minta uang untuk bayaran berangkat Umrah yalah saya berikan selesai, ternyata perginya bukan dia saja (maksudnya istrinya saja) tapi juga bersama saya ya sudahlah katanya orang semua urusannya sudah beres kok kan tinggal berangkat saja lagi. Cobaan pertama dialaminya di Madinah, hari-harinya dia banyak keluhan keshatan, kurang enak badan dll.
Pada waktu berangkat dari hotel di Madinah seperti anggota rombongan lainnya sdr. Kita inipun telah siap dengan pakaian ihramnya sesampai di miqat Bir Ali sdr. tersebut sudah mulai terlihat seperti orang bingung, sesampai di Makkah cobaan berikutnya mulai dirasakan lagi terutama keluhan kurang sehat badan, apalagi kalau sudah diajak untuk pergi ke mesjid dia selalu mengeluhkan sakit jadi tidak sanggup dan pakaian ihramnya sudah dia buka, untuk ini kami tegaskan bahwa dia kena DAM (denda) tidak masalah saya bayar karena itu ketentuan agama tanggapnya, sampai akhir waktu jadwal rombongan harus sudah meninggalkan Makkah sdr. kita ini tetap merasa kurang sehat atau lemah, anehnya setelah sampai di Jeddah dia kembali sehat lagi-lagi ke tanah haram “niat harus uikhlas”. Kemudian kami berikan penjelasan kepada sdr. kita ini bahwa setiap amal itu perlu niat dan Allah akan mewujudkan dan menilai sesuai dengan kebenaran niat kita. Menurut kami sdr. harus mengulang niat untuk Umrah lagi pada kesempatan yang akan datang, dia menerima dan akan Umrah pada tahun ini juga katanya.
Kembali kepada sumur zam zam sumur yang digali oleh malaikat Jibril As. menurut informasi air sumur zam zam dapat disedot hampir 40.000 liter perjam, sungguh suatu hal yang menakjubkan karena begitu besar debit airnya. Untuk mengelola air zam zam sejak tahun 1415 telah dibentuk sebuah lembaga atau kantor di Mekkah. Selain untuk memenuhi kebutuhan di Makkah air zam zam juga diangkut ke Madinah dengan truk-truk tangki dari terminal air di Makkah bernama Qudai atau Kudai.

Gua Tsur
Gua ini adalah tempat nabi Muhammad Rasulullah SAW bersama sahabat beliau Abu Bakar As-siddiq bersembunyi selama tiga hari setelah meninggalkan rumah yang telah dikepung oleh para pemuda kuffar di malam harinya. Gua Tsur terletak di Bukit Tsur berjarak dengan Masjid Haram kira-kira 4 KM. Perihal pertolongan Allah terhadap nabi dan sahabatnya ini dan memberikan ketenangan kepada keduanya disebutkan dalam Al-Qur'an surah Taubah/9 ayat : 40.Selama dalam gua dua anak Abu Bakar memegang peran yang tak mudah dilupakan. Pada waktu siang hari Abdullah bin Abu Bakar berada di Kota Makkah memantau orang-orang kuffar quresy dan malam harinya dia menyampaikan informasi kepada nabi dan sahabatnya dia menginap bersama keduanya di dalam gua tsb. pagi-pagi sekali sudah keluar ke kota Makkah.
Lain halnya dengan Asma' binti Abu Bakar dialah yang menyuplai makanan ke dalam gua dengan cara menyamar sebagai pengembala kambing, sementara dia dalam keadaan hamil tujuh bulan harus mendaki Bukit Tsur yang tingginya dari permukaan laut ± 748 meter walaupun posisi gua terletak di pinggang bukit tapi untuk sampai ke gua memakan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan, dengan penuh kesabaran dan juga dalam keadaan cemas, takut kalau-kalau ada yang mengetahui apa yang dia lakukan .
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Ditulis oleh ZUARDI ZAIN
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://zuardizainsakinah.blogspot.com/2009/11/umrah-sembari-wisata-4-oleh-zuardi-zain_21.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar